Laman

Jumat, 16 September 2011

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BULELENG


WAJIB BELAJAR 9 TAHUN GAGAL, “SEKOLAH TAK MENARIK SISWA PILIH KERJA”
    
 Himpitan ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor pemicu munculnya siswa yang putus sekolah dan pekerja anak di Kabupaten Buleleng. Penghasilan orang tua yang sangat kecil membuat anak-anak di Bali Utara gagal mennikuti wajib belajar (wajar) 9 tahun sehingga rela membantu orang tua mencari nafkah. Sebanyak 351 siswa lulusan SD Di Buleleng di tahun ajaran 2011/2012 ini tidak melanjutkan ke SMP. Lulusan yang nganggur tersebut terpaksa membantu orang tuanya dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT), pelayan toko, buruh bangunan, bahkan ada yang memelihara sapi.
                Ditemui Senin (12/9) di ruang kerjanya, Sekretaris Dinas Pendidikan, Ketut Witrini, M.Pd., membenarkan fenomena kegagalan wajar 9 tahun yang melanda dunia pendidikan Bali Utara. “Dari seluruh kecamatan di Buleleng, kecamatan Gerokgak yang paling banyak angka putus sekolahnya. Penyebab utamanya adalah kemiskinan dan ketidakmauan siswa untuk melanjutkan sekolah”, tegas Witrini. Yang paling mengherankan adalah SD Negeri 2 Tukadsumaga, hampir setengah tamatannya tidak melanjutkan sebanyak 11 orang, padahal disana terdapat SMP Negeri 3. Begitu pula di SD Negeri 3 Gerokgak, hampir sama, padahal disana terdapat SMP Negeri 1 Gerokgak, sangat disayangkan, padahal program pemerintah menggratiskan wajib belajar 9 tahun”, lanjut Witrini.
                Witrini menambahkan, di Buleleng terdapat 8 kecamatan siswanya tidak dapat melanjutkan ke jenjang SMP yaitu, kecamatan Tejakula sebanyak 53 orang dari 961 siswa, kecamatan Kubutambahan 74 orang dari 1.118 siswa, kecamatan Sawan 19 orang dari 1.041 siswa, kecamatan Sukasada 35 orang dari 1.242 siswa, kecamatan Banjar 10 orang dari 1.145 siswa, kecamatan Seririt 37 orang dari 1.220 siswa, kecamatan Busungbiu 9 orang dari 737 siswa dan terakhir yang paling banyak kecamatan Gerokgak 114 orang dari 1.488. Total keseluruhan 351 dari 10.182 siswa atau sekitar 3,45%.
                Witrini mengaku ketika pihaknya melakukan kunjungan, didapat hasil bahwa untuk  kecamatan Tejakula 9 siswa yang berasal dari dusun Batu Gambir ditambah dengan 12 siswa tamatan tahun lalu sudah bisa melanjutkan di SMP 3 Tejakula, kecamatan Gerokgak 39 siswa melalui SMP Negeri 1, SMP Negeri 3, SMP Negeri 4 dan melalui kejar paket B di desa Gerokgak. Selanjutnya untuk kecamatan lainnya tidak menutup kemungkinan diberlakukan siswa yang putus sekolah, dan kembali ke SMP terdekat atau melalui kejar paket B.
               Diakhir perbincangan dengan TPI, Witrini menegaskan kembali seperti yang terjadi di kecamatan Gerokgak, banyaknya siswa yang putus sekolah malah tempat tinggalnya berdekatan dengan SMP Negeri. Ketika ditelusuri ternyata siswa tersebut mempunyai alasan yang tidak masuk akal, yaitu ketidakmauan siswa untuk melanjutkan, padahal jarak dari tempat tinggalnya dengan SMP Negeri berada satu desa, seperti SMP Negeri 3 yang berada di desa Tukad Sumaga dan di Desa Gerokgak yang terdapat SMP Negeri 1”, pungkas Witrini mantap. (win/rvn)

DUTA BULELENG: LOMBA UKS TINGKAT PROVINSI 2011 SMK N 2 SINGARAJA, PERCANTIK DIRI DENGAN REHAB PENYENGKER


Tentu semua orang pernah mendengar peribahasa "semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencanglah  angin menerpanya", yang diartikan dengan "semakin tinggi nilai seseorang maka semakin besar hal yang akan menjatuhkannya". Begitu juga dengan kedudukan sebuah lembaga, khususnya sekolah yang sedang naik daun seperti SMKN 2 Singaraja. SMK yang beralamat Jalan Srikandi  desa Sambangan ini sedang menyiapkan diri untuk menyambut lomba UKS yang rencananya (11/11) mendatang. Hal ini dibenarkan oleh kepala sekolah SMKN 2 Singaraja Drs. Made Darwis Wibawa, MM., “Sampai hari ini kami sudah menyiapkan lomba dengan matang, dan suasana kondusif. Meskipun ada riak-riak kecil yang negatif terngiang di telinga kami, kami tetap optimis untuk maju pada ajang yang bergengsi ini, bahkan kami sudah studi banding ke SMAN 1 Banjarangkan yang menjadi juara III Nasional tahun lalu.”, tegas Darwis pada TPI (12/9).
Menurut  Darwis,  riak-riak yang berawal dari SK Bupati No. 821.2/3657/BKD tertanggal 23 Agustus 2011 terkait dengan mutasi salah seorang guru. “memang benar pernah ada masalah di sekolah kami, tetapi kejadiannya tahun 2010 yang lalu, bahkan masalah itu sudah selesai dan sudah ada hitam di atas putih bermaterai  6.000 menyangkut permasalah tersebut”, terang Darwis. Jadi tidak perlu lagi itu dipermasalahkan. Pada kesempatan ini juga saya mohon kepada seluruh warga sekolah untuk dapat bekerja sama dengan baik demi kemajuan sekolah ini, dan bila masih ada perbedaan pendapat, maka perlu dicarikan solusi dengan musyawarah dan instropeksi diri.
Ditanya terkait kesiapan lomba, Darwis mengaku optimis pada lomba ini. Bertapa tidak, semua sudah dipersiapkan dengan matang. Bahkan, pembina dari Puskesmas II Kecamatan Buleleng pun mendatangi sekolah untuk melakukan koordinasi. Lebih jauh Darwis, mengatakan pihaknya juga sudah membentuk panitia terkait lomba UKS ini, bahkan “pucuk dicinta ulampun tiba”, betapa tidak pada saat menjelang lomba SMKN 2 Singaraja mendapatkan hibah dari pemprov Bali senilai 100 juta guna pembuatan tembok penyengker. Pembuatan tembok penyengker ini diharapkan dapat “mempercantik performance” sekolah menjelang lomba.
Diakhir perbincangan dengan TPI, Darwis berharap agar persiapan dan keoptimisan sekolahnya tidak sia-sia, dan mampu menjadi yang terbaik di tingkat provinsi, sehingga mampu mengantarkannnya ke gerbang nasional nanti. “Kali ini kami sangat optimis menuju lomba UKS tingkat provinsi, dan kami mohon dukungan dan doa dari semua pihak untuk kami berbuat yang terbaik. (sar/rvn)